06 July 2008

Pak Bupati "Nesu"

Kabar mengejutkan datang dari dunia pendidikan. Bupati Purbalingga "katanya" marah karena kondisi pendidikan Purbalingga yang ternyata masih berada di level terendah dibandingkan kabupaten lain di Jawa Tengah (Kebenaran berita ini memang masih belum bisa penulis buktikan, Lha wong belum pernah melihatnya langsung). Andaikan saya bupati saat ini, tentu saya bisa lebih marah lagi (mungkin ngamuk edan-edanan). Jelas banget wong masih banyak anak-anak Purbalingga yang memilih untuk tidak sekolah. Rata-rata nilai UN masih jelek. Tingkat kelulusan di bawah persentase kelulusan nasional.

Pendidikan merupakan faktor fundamental kemajuan Purbalingga. Namun sayang sekali, secara umum pendidikan di Purbalingga masih menggunakan pola lama alias ketinggalan jaman. Sebut saja sekolah Islam Terpadu, trend yang di daerah lain sudah terbentuk dengan baik tapi di Purbalingga masih baru muncul "siji tok". Ini baru satu titik kecil permasalahan.
Guru dan para pamong desa sudah mendorong anak-anak untuk maju dan pinter. Pada dasarnya sebagian besar rakyat Purbalingga lah yang belum sadar pendidikan. Berat sekali untuk mendorong para orang tua tergerak hatinya. Saya sendiri punya tetangga yang Drop Out dari sebuah SMP swasta terkenal di Purbalingga. Orang tua dan anaknya sudah berkali-kali dinasehati oleh tetangga namun tetap saja si anak tersebut tidak mau sekolah dan orang tuanya juga tidak nampak serius berusaha mendorong anaknya untuk sekolah.
Orang tua merupakan titik penting bagi masa depan anak-anaknya. Banyak sekali orang tua di Purbalingga yang masih mengganggap menyekolahkan anak adalah bukan sebuah kewajiban. Mereka merasa si anak tidak begitu butuh pendidikan. Orang tua masih berfikir bahwa tanpa sekolah yang tinggi sampai jenjang SMP atau SMA si anak pasti bisa mencari uang. Lha wong cukup dengan ijazah SD saja trus masuk Perusahaan Bulu Mata, si anak bisa menghasilkan uang. Sederhana sekali pemikiran para orang tua tersebut. Padahal tetangga saya juga ada yang berhasil masuk UGM dan kini telah bekerja di Singapura. Hal ini tidak menjadikan para orang tua termotivasi. Mereka cenderung pesimis karena mengganggap tak mungkin anaknya bisa menyamai prestasi tersebut.
Hal terpenting pertama kali yang harus digarap Bapak Bupati adalah menyadarkan rakyatnya. Berilah pengertian supaya anak-anak bisa sekolah. Langkah kedua adalah menghilangkan penghambat anak untuk sekolah. Penghambat pertama jelas program PS-an masuk desa. Faktor ini sangat dominan bagi anak-anak tertentu untuk malas berangkat sekolah. PS-an di daerah kota ada yang buka pagi dan terlihat pelajar masuk ke lokasi dengan pakaian seragam. Pak Bupati sebaiknya mengerahkan Satpol PP untuk menertibkan PS-an. Selain PS-an, para pelajar juga sering keluyuran di alun-alun dan daerah sekitar tugu bancar. Kenapa tidak dirazia, bukankah itu tepat di depan kantor Bapak dan tugu bancar hanya 400 meter dari Kantor Dinas Pendidikan.
Jadi banyak hal yang harus dibenahi BERSAMA bukan hanya guru tapi semua unsur masyarakat. Di lain pihak, kita patut bangga dengan prestasi siswa SMP N 1 Purbalingga yang mampu meraih rangking 5 UN tingkat Jawa Tengah dan Rangking I untuk mapel Matematika. Sebenarnya anak Purbalingga mampu menyumbangkan prestasi yang luar biasa. Tinggal Bapak Bupati membuat langkah yang sama seperti halnya apa yang telah diberikan kepada SMP 1. Andai saja semua sekolah mendapatkan "dana" sebesar apa yang mereka dapatkan, guru terbaik, managemen profesional, orang tua yang mendorong kemajuan anak serta kepemimpinan kepala sekolah yang mumpuni seperti halnya SMP Negeri 1 Purbalingga, niscaya pendidikan di Purbalingga akan memberikan kebanggaan. Amiin