22 February 2008

Kita (guru) Harus Belajar (lagi) !

Kata belajar sudah menjadi milik siswa. Dimanapun semua orang pasti setuju kalau siswa memang wajib untuk belajar. Ulama bilang fardlu `ain. Apalagi sekarang Ujian Nasional semakin dekat. Orang tua begitu gencar mengeluarkan ultimatum anak untuk belajar. Apalagi para guru, mereka tak bosan untuk memberlakukan program wajib belajar bagi kelas VI, IX, dan XII. Tapi orang jawa sering mengatakan Jarkoni (gelem ngajar ora gelem ngakoni). Para guru pun sering Jarkoni. Saya di sekolah tak bosan-bosannya menawarkan kepada guru yang buta komputer untuk belajar komputer. Sambutan dari rekan guru begitu dingin. Perlu kah sosialisasi alasan guru wajib belajar (lagi) !

Alasan utama seorang harus belajar adalah untuk mengasah otak agar tidak tumpul. Paling tidak dengan belajar kembali seorang guru semakin menguasai materi. Selain itu belajar membuat guru tidak ketinggalan jaman. Teknologi semakin berkembang, tanpa ada pembelajaran teknologi guru akan mengalami keajegan. Zaman sekarang guru harus mampu mengoperasikan komputer, dan LCD projector. Sudah bukan zamannya lagi mencongak, kecuali untuk pelajaran bahasa (listening).
Alasan kedua guru harus belajar adalah perkembangan peserta didik perlu diketahui dengan baik. Saya kemarin mendengar keluh kesah guru sebuah SMP Negeri. Beliau menganggap muridnya tidak patuh, bandel dan rendah semangat belajarnya. Tingkat ketidakhadiran tanpa keterangan di SMP itu memang tinggi. Dalam hati, saya berkata "siswa bosan, karena guru membosankan". Lebih asyik bermain PS, nongkrong, nonton TV dan lain-lain. Belajar di sekolah laksana menempuh hukuman di penjara oleh karena itu banyak sekolah yang membuat tembok keliling bukan untuk menghalau maling tapi menjaga agar siswanya tidak kabur.
Guru perlu mencari model pembelajaran yang baru. SMP Qoryah Thoyyibah (maaf kalau salah ketik nama) merupakan salah satu model sekolah yang menyenangkan. Walaupun sulit bagi sekolah lain meniru namun semangat dan pola kerjanya patut kita tiru dan terapkan.