12 December 2007

Menikah !

Pokok bahasan menikah sedang hangat dibicarakan para guru. Gosipnya sih ada guru yang sudah kebelet pengin menikah. Maklum saja, guru-guru di tempat kami sebagian besar masih single (belum dobel alias ganda campuran). Komposisinya lengkap lho, putra ada putri pun ada. Keinginan untuk menikah jelas ada di benak masing-masing. Tapi kenapa sih masih pada melajang. Ikuti penelusuran tim nikah gratissss berikut ini !!!!!

Menikah merupakan salah satu tuntunan agama. Para guru pun sudah memasuki masa akil baligh. Melajang bagi mereka (apa kami sih) bukan sebuah pilihan tetapi hanya kenyataan yang belum bisa diatasi. Guru tertua yang belum menikah berumur kurang lebih 38 tahun. Kalau yang paling muda baru berusia 24 tahun. Isu menikah terutama bagi yang sudah berumur sangat sensitif. Oleh karena itu, kami tak pernah menyinggung soal menikah dihadapan mereka. Lain soal ketika berbicara dengan rekan kerja yang masih muda. Pertanyaan klasik seperti kapan menikah jadi menu sapaan harian.
Pertanyaan kapan menikah? merupakan pertanyaan yang cukup membuat jengah. Bagi saya yang belum berani menikah, pertanyaan tersebut hanya di jawab seadanya. Saya termasuk golongan orang-orang yang terlalu banyak menggunakan matematika pernikahan. Perhitungan biaya hidup dan pendapatan bulanan ternyata tak seimbang. Walhasil masih menjadi ketakutan tersendiri untuk menikah.
Bagi teman-teman yang sudah menikah, matematika pernikahan tak lagi berlaku. Menurut mereka Alloh akan memberikan rezeki yang tidak disangka-sangka. Kekhawatiran tak bisa menghidupi anak istri harusnya dihilangkan saja. Beda dengan orang tua saya, mereka sangat menginginkan anaknya diangkat menjadi PNS sebelum melenggang ke jenjang pernikahan. Pengalaman orang tua yang hidup tidak enak sewaktu memasuki jenjang pernikahan menjadi referensi utama.
Menikah juga diartikan memberi dari pihak laki-laki kepada perempuan. Orang jawa memberlakukan hukum tak tertulis bagi seorang laki-laki agar membawa seserahan. Besaran seserahan tersebut bisa mencapai jutaan rupiah. Andai tak menyerahkan seserahan, keluarga bisa menanggung malu. Nyatanya keluarga saya termasuk keluarga yang dikenal luas masyarakat. Sehingga mau tak mau harus jaga image. Padahal belum tentu kondisi keluarga mampu menyediakan dana sebesar itu.
Jadi tambah ngelantur nih, sekian saja dulu topik menikah di kalangan pendidik. Mbok ada tanggapan apa tawaran bantuan modal kami terima dengan senang hati. Matur nuwun