23 November 2007

Meramu Jamu Pahit untuk Siswa `Nakal`

Masalah utama madrasah kami adalah tingginya persentase siswa yang dikategorikan nakal. Ini menjadi PR yang tidak pernah tuntas dari tahun ke tahun. Tadi pagi saya sudah memberikan hadiah push up untuk 6 orang siswa kelas IX yang tidak mengikuti les. Pagi yang cerah di Purbalingga tidak membuat cerah hati 3 orang siswa kelas VII. Pasalnya mereka sudah berkali-kali tidak berangkat bersama-sama. Kegiatan mereka mirip sebuah geng. Alhasil ancaman dikeluarkan meluncur. Hati mereka ternyata keder juga. Kejadian yang sama merupakan menu harian kami. Sayang banget tugas yang cukup berat ini harus dipikul oleh guru-guru yang masih kurang ilmu sekaligus kurang sejahtera.

Siswa kami berangkat dari rumah yang kurang sehat. Kendala ekonomi dan pendidikan membuat orang tua kurang memberikan perhatian kepada anak-anaknya khususnya mengenai pendidikan. Ketika orang tua dipanggil, mereka mengaku pasrah karena sudah tak mampu lagi mengendalikan prilaku anaknya. Permasalahan lain yang menimpa siswa adalah keretakan rumah tangga orang tua. Siswa yang mengalami permasalahan tersebut cenderung mencari kebahagiaan semu yang kadang bertentangan dengan peraturan yang ada. Lingkungan yang buruk juga menjadi faktor penentu kenakalan siswa. Ada siswa yang mendapatkan keluarga yang penuh perhatian tapi tetap melakukan pelanggaran karena didikan teman.
Siswa akan menjadi the lost generation apabila tidak dididik secara tepat. Walaupun mereka mendapatkan pendidikan agama yang lebih namun bukan jaminan atas keberhasilan pendidikan. Dibutuhkan penanganan psikolog dan mentor yang dapat menggugah mereka menjadi generasi yang sukses. Sayangnya guru-guru di tempat kami tidak menguasai ilmu semacam itu. Terapi masih terbatas pada penegakan aturan dengan punishment alias hukuman. Sanksi yang diberikan masih belum beranjak dari hukuman fisik berupa push up. Sejauh ini terjadi penurunan yang lumayan besar pada pelanggaran ringan seperti pelanggaran terhadap aturan pakaian. Sayangnya efektivitas hukuman tidak berlaku pada perubahan prilaku.
Sebenarnya pemberian hukuman fisik ingin dihapus. Mengingat hal tersebut sudah ketinggalan zaman dan tidak pas lagi untuk menangani permasalahan mereka. Hukuman fisik hanyalah jamu pahit yang tak memiliki khasiat apapun kecuali membuat orang berat untuk meminumnya. Perlu jamu yang lebih mujarab lagi yaitu pendekatan dari hati ke hati. Pendekatan kepada orang tua sekaligus anak untuk menemukan titik temu permasalahan mereka. Sejatinya kenakalan remaja berakal dari rumah mereka. Apabila akarnya sudah ditumpas maka batang dan daunnya akan segera mati.
Bagi pembaca, berilah kami saran yang terbaik guna menyelamatkan siswa kami dari permasalahan yang akan menuju satu permasalahan klasik yaitu lingkaran setan kemiskinan dan kebodohan.