28 October 2007

Ribuan Tantangan hadapi UN 2008

Bicara UN 2008 tak lepas dari persiapan masing-masing sekolah menghadapinya. Kami pun tengah bersiap menghadapi UN dengan serius. Program yang dilaksanakan jauh lebih intensif dari tahun lalu. Mau tak mau wajib berjuang guna hasil yang terbaik. Kegiatan yang dilaksanakan pun beragam yang mencakup kegiatan bagi siswa, guru dan orang tua. Kalau kita bilang sih tiga komponen ini adalah the three mustkentir. Artinya tiga pejuang yang wajib gila-gilaan dalam menggapai cita-cita. Kita masing mempunyai banyak "musuh" dari dalam diri. Disini tersedia berbagai menu siswa yang sulit belajar. Kemarin saja ada 8 anak yang tidak mengerjakan tugas sebulan dengan alasan belum "motocopy". Wah repot nih, kira-kira mau diapakan yaa ... digoreng kasih lalapan plus sambel kan jadi nikmat.

Peristiwa ini bukan yang pertama kali. Nasib serupa dialami olehku. Biar pun terkenal ketat dalam menegakkan peraturan namun banyak juga nekat tidak mengerjakan tugas. Ajaibnya ketika buku tugas dikumpulkan eh ada juga jawaban terisi.
Seperti kata kepala sekolah, siswa disini sama sekali tak punya cita-cita yang muluk-muluk. Sederhana saja, dapat ijazah kerja terus nikah. Intinya sih cuman sekedar mengikuti jalan hidup tanpa keinginan merubah nasib. Hal ini wajar karena 80 % siswa berasal dari kalangan menengah ke bawah (bahkan terbawah). Mereka tak berharap menjadi orang seperti Susilo Bambang Yudhoyono, Fauzi Bowo, Arif Rahman, apalagi jadi seperti Ban Ki Mon. Cukup seperti tetangganya yang berhasil menjadi kuli idep (karyawan pabrik bulu mata) yang menjamur di Purbalingga.
Kami berharap mereka menjadi dokter, insinyur, politisi (yang baik), arsitek, polisi (yang adil), dan profesi lain yang dapat mengangkat harkat dan martabat keluarga. Sayangnya pendidikan mungkin jalan hidup yang terlalu mahal dan sulit ditempuh. Apalagi orang tua hanya sekedar menitipkan anaknya di sekolah untuk menggugurkan kewajiban mendidik anak mereka. Karena hanya sekedar dititipkan, pokoknya setelah pulang sekolah anaknya selamat dan sehat. Orang tua tidak menanyakan mendapat pelajaran apa, sulit atau tidak, adakah tugas dari guru, bagaimana manfaat ilmu yang diajarkan atau bahkan membimbing anak selama belajar di rumah.
Tantangan yang dihadapi jauh lebih berat dibandingkan sekolah "tetangga". Ibaratnya jalan santai saja mereka sampai pada tujuan. Buktinya alumni mereka sudah menjadi bupati dan profesi lain yang hebat di mata masyarakat. Apapkah kita mampu merubah siswa menjadi orang yang penuh percaya diri dan mempunyai pandangan yang jauh ke depan ? Itulah rahasia Alloh SWT, kita akan terus berjuang sampai hal itu terwujud ...


1 comment:

Anonymous said...

ATAS NAMA KELUARGA BESAR SMP N1 PURBALINGGA KAMI UCAPKAN TERIMAKASIH. SEMOGA KITA MAJU BERSAMA DALAM DUNIA PENDIDIKAN