19 March 2007

UJIAN NASIONAL 2007

Ujian Nasional Tahun 2006 membawa duka bagi kurang lebih 10 % siswa mengikutinya. Pasalnya mereka dinyatakan tidak lulus. Bagaimanakah dengan Ujian Nasional Tahun 2007 ? Agaknya sangat sulit diprediksi berapakah siswa yang tidak lulus tahun ini. Melihat soal Ujian Nasional 2006, saya berpendapat bahwa soal tersebut lebih mudah dibandingkan soal Ujian Nasional tahun sebelumnya. Hal tersebut membuat jumlah siswa yang lulus jauh lebih banyak dari tahun 2005. Pada pelajaran matematika, beberapa siswa memperoleh nilai 10. Fenomena tersebut bukan hanya terjadi di daerah perkotaan, namun juga terjadi di sekolah yang berada di pedesaan. Namun, Ujian Nasional tahun ini masih menyimpan misteri. Terlebih lagi soal Ujian Nasional tahun 2007 berasal dari Kurikulum 2004 yang berbeda dengan soal tahun 2006 yang masih menggunakan kurikulum 1994.

Berbeda dengan Ujian Nasional, EBTANAS yang pernah saya alami jauh lebih mudah dihadapi. Padahal waktu itu siswa harus menghadapi 5 mata pelajaran bahkan lebih. Prestasi yang diraih pun sangat bagus. Tidak ada satupun teman saya yang mengantongi nilai rata-rata 4,00. Walaupun pada saat itu terdapat anak dari sekolah lain yang memperoleh nilai rata-rata 4,00 tapi jumlahnya sangat kecil. Sebagian besar siswa belajar dengan tekun bukan karena ancaman tidak lulus namun lebih disebabkan oleh rasa malu mempunyai nilai jelek. Ketegangan yang saya alami wajar untuk seorang anak waktu itu. Berbeda dengan sekarang, hanya dengan 3 mata pelajaran saja, Ujian Nasional bisa menjadi headline di berbagai surat kabar. Dahulu, EBTANAS memang penting bagi siswa namun bukan komoditas yang penting bagi pemberitaan pers. Hal inilah yang menyebabkan beban siswa semakin bertambah. Media massa bukannya memberikan dukungan moral yang baik kepada siswa malah sebaliknya menjadi ajang provokasi. Siswa yang dinyatakan lulus terbaik dengan nilai maksimal tidak diberitakan sebagaimana hebohnya siswa yang tidak lulus. Dukungan moral pun langsung datang dari anggota DPR, tokoh masyarakat, dan artis. Media dengan cerdas membidik penderitaan siswa yang tidak lulus. Hal tersebut disimak oleh jutaaan orang termasuk siswa yang pada tahun berikutnya yang akan mengikuti Ujian Nasional. Bagaimana perasaan calon peserta ujian nasional pada tahun berikutnya, bukannya semakin bersemangat justru sebaliknya menjadi takut.Lulus Ujian Nasional bukanlah jaminan masa depan akan cerah. Begitu pula tidak lulus Ujian Nasional bukan berarti masa depan akan suram. Kita perlu arif menghadapinya. Sebuah ujian sudah sewajarnya ada yang lulus dan ada pula yang tidak lulus. Perlu usaha keras untuk mencapai kelulusan namun bukan berarti usaha keras tersebut semata-mata hasil dari tekanan pihak lain. Siswa sudah saatnya berfikir bahwa mengikuti Ujian Nasional bukan untuk lulus tetapi untuk meraih nilai setinggi-tingginya. Untuk sekedar memperoleh nilai 5,00 adalah hal yang mudah apabila didukung oleh situasi yang nyaman dan mendukung. Siswa yang tidak lulus tidak berarti siswa tersebut malas belajar. Hal terpenting yang perlu dikuasai oleh siswa sekarang ini adalah bagaimana cara belajar yang efektif dan menyenangkan. Apabila seorang guru mampu mentransfer cara yang paling efektif dalam belajar sudah barang tentu tak perlu lagi ada les yang melelahkan, stres dan malas belajar. Saya yakin setiap siswa mempunyai keinginan yang kuat dalam hatinya untuk lulus namun mereka hanya diajarkan bagaimana untuk mengerjakan soal bukan bagaimana untuk belajar. Sehingga yang mereka peroleh hanya kumpulan soal dan rumus praktis.

1 comment:

MTs `Ushriyyah Purbalingga said...

Selamat dan sukses aja !! maju terus pantang mundur, biar digerus asal lulus