tag:blogger.com,1999:blog-60437263849208437302024-02-07T16:07:43.784-08:00MTs `USHRIYYAH PURBALINGGAMTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comBlogger38125tag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-49430300696045382252008-10-07T22:55:00.000-07:002008-10-07T23:31:10.394-07:00Melasi Temen Nasib GTT !Pengumuman penerimaan CPNS paling anyar akan segera muncul Oktober 2008. Isu yang berkembang pada pertengahan Oktober akan dimulai pendaftaraan selama 1 minggu. Kabar bahagia ini membuat para calon pelamar semakin bersemangat untuk memenuhi persyaratan. Buktinya antrian di loket kartu kuning dan SKCK semakin panjang. Di balik itu masih ada ganjalan bagi para GTT yang telah masuk database dan melaksanakan pemberkasan pada awal tahun 2008. Sampai detik ini SK pengangkatan CPNS yang ditunggu-tunggu tak juga terbit. Kabar terbaru dari Kabupaten Kebumen, Bupati setempat angkat tangan karena tidak bisa menerbitkan SK pengangkatan akibat terganjal PP nomor 43 tahun 2007 (maaf kalau salah sebut PP). Bahkan menyarankan untuk GTT beralih profesi (<span style="font-style:italic;">supaya menjadi tukang ojeg saja-red</span>). Melasi temen ya ! mereka sudah semangat mengabdi dengan harapan menjadi PNS malah dinyatakan gagal total.<br /><span class="fullpost"><br />Sebagai sesama GTT saya merasa trenyuh. Tega nian Bapak Bupati Kebumen yang terhormat berkata demikian. Apa tidak ada kata lain yang bisa lebih menghibur para GTT. Alhamdulillah Bupati Purbalingga masih punya nurani. Beliau sampai saat ini terus memantau dan mendukung secara moril supaya GTT yang telah melaksanakan pemberkasan untuk tenang.<br />Akar permasalahan utama adalah penerbitan peraturan pemerintah yang mengatur GTT yang boleh diangkat menjadi PNS merupakan GTT yang digaji dengan APBD/APBN. Apabila hanya diberikan insentif atau tunjangan dari APBD/APBN maka GTT tersebut tidak dapat diangkat menjadi PNS.<br />Semua GTT di bumi Indonesia ini dalam hati kecilnya pasti menginginkan diangkat menjadi PNS suatu hari nanti. Mereka berkorban dengan menerima honor tak seberapa tapi dengan tugas yang setara dengan PNS. Pengorbanan ini ternyata masih dianggap remeh oleh seorang Guru di sebuah SMP di Yogyakarta. Dalam sebuah artikel di koran Kompas, beliau menuliskan bahwa GTT yang mau dibayar murah berarti berkualitas rendah karena apabila berkualitas baik mereka akan memilih pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Oleh karena itu, penerimaan PNS sebaiknya diprioritaskan dari pelamar umum bukan dari GTT.<br />Pernyataan tersebut terlalu menggeneralisir bahwa semua GTT berkualitas buruk. Memang ada GTT yang tidak memenuhi kualifikasi sebagai pengajar. Hal ini juga berlaku untuk Guru PNS. Terkadang saya heran karena anggapan masyarakat GTT sekedar "latihan mulang" sedangkan PNS adalah Guru yang sebenarnya. Kita harus jujur kualitas pendidikan di Indonesia jelek bukan semata karena GTTnya saja tapi ditunjang juga oleh rendahnya kualitas guru pada umumnya (termasuk PNS).<br />Sesuai dengan judul artikel ini, GTT semakin terdzolimi baik dalam kesempatan menjadi PNS sampai dengan di lingkungan kerja. Beberapa sekolah tidak memberikan kesempatan yang sama kepada semua guru. Terkadang untuk menjadi sekedar pembina ekstrakurikuler saja "tidak diberikan kesempatan". Apalagi mendengar pernyataan pemerintah bahwa gaji Guru PNS minimal 2 juta dan rekan-rekan guru mendapat rapelan uang Sertifikasi yang jumlahnya konon puluhan juta rupiah. Saya sendiri hanya bisa menulis ketidakpuasan ini lewat blog. Perbandingan gaji GTT dengan PNS di MTs `Ushriyyah kini telah mencapai 1 : 5. Belum lagi di sekolah lain yang gajinya cuman 200 ribuan. <br />Akhirnya kita "para GTT" harus banyak bersabar dan berdoa semoga pemerintah mengurangi diskriminasi antara GTT dan PNS.<br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-55992538532720253482008-09-20T02:10:00.000-07:002008-09-20T02:18:06.401-07:00Pamit dari MTs `UshriyyahTerhitung mulai 1 Agustus 2008, saya mengundurkan diri sebagai guru di MTs `Ushriyyah. Keputusan ini saya ambil dengan berat hati. Walaupun sudah tidak mengajar namun saya tetap siap membantu madrasah sepanjang yang bisa saya laksanakan. Alhamdulillah selepas pengunduran diri saya, bergabung dua orang guru yang masih belia dengan latar belakang pendidikan sarjana yang diharapkan mampu membawa madrasah menjadi lebih baik lagi. Selanjutnya salah satu bentuk bantuan saya adalah tetap bertindak sebagai admin di blog ini. Apabila ada saran dan kritik silakan letik di shout mix atau bisa menghubungi madrasah atau bisa menghubungi saya secara pribadi di SMK Negeri 1 Kaligondang.<br /><span class="fullpost"><br /><br /><br /><br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-11519590201178721382008-09-20T01:04:00.000-07:002008-09-20T01:44:28.785-07:00Aneka "Macam" GURU !!!Guru salah satu profesi yang unik di dunia ini. Bisa dibilang guru menduduki strata sosial yang cukup tinggi (walaupun terkadang tidak termasuk dalam golongan profesi dengan bayaran selangit). Banyak negara sudah memposisikan guru dengan gaji lebih tinggi dibandingkan PNS pada umumnya. Uniknya di Indonesia sistem penggajian guru lebih buruk dari "kuli bangunan". Lihatlah kuli bangunan, seorang kuli bangunan gaji yang diterimanya sesuai dengan pekerjaan yang dia selesaikan. Seorang mandor tidak akan menggaji kuli bangunan berdasarkan senior dan junior, ataupun tingkat pendidikan. Apa yang dilihat dari kuli bangunan adalah hasil kerja. Beda dengan seorang guru.<br /><span class="fullpost"><br />Guru di suatu sekolah dengan beban mengajar sama yakni 24 jam bisa berbeda gaji bulanannya. Fulan karena status GTT pulang dengan gaji 24 x 15.000 = 300.000. Paijo dengan status PNS golongan IIIA bisa tersenyum lega setelah menbawa gaji Rp. 1,6 juta (Januari 2009 bisa 2 juta). Lain lagi Dono seorang PNS dengan sertifikat pendidik, gajinya pun bisa mencapai Rp. 5 jutaan. Kasihan sekali si Fulan, dia mendapatkan beban kerja yang sama dengan Paijo dan Dono tapi penghargaan yang jauh berbeda. Apabila mereka menjadi kuli bangunan, saya yakin gaji yang mereka terima bakalan sama (minimal bedanya hanya sedikit). <br />Pemerintah mungkin bakal berdalih bahwa Dono telah memenuhi syarat mendapatkan sertifikat pendidik karena mampu mengumpulkan portofolio sekaligus telah mengikuti diklat. Apakah hanya itu saja kriteria untuk mendapatkan gaji fantastis ! Seorang pengusaha akan bertindak lebih bijak lagi. Pengusaha menilai kinerja karyawan bukan dari sekedar kertas "sertifikat" namun dari seberapa jauh anak buahnya mencapai target yang diinginkan.<br />Seorang guru yang berkualitas dapat dilihat dari prestasi muridnya. Andaikan seorang guru mampu membuat muridnya mempunyai kecerdasan yang lengkap (Intelektual, Emosional dan Spiritual) bisa dikatakan bahwa dia adalah seorang guru berkualitas. Untuk menilai kualitas guru sebenarnya tidak perlu banyak instrumen, ambil sampel 10 murid secara acak, diberikan tes dan dinilai langsung. Hasil tes akan menggambarkan kualitas seorang guru dalam mendidik muridnya.<br />Melihat dari sistem penggajian, rasanya pesimis pendidikan di Indonesia bakalan maju "secepatnya". Akhirnya guru hanya terkotak-kotak menjadi banyak golongan yaitu GTT ilegal (GTT di sekolah negeri tapi tak punya SK Bupati), GTT Swasta (GTT dengan SK ketua yayasan), GTT Honda (GTT dengan honor dari APBD), Guru Kontrak, Guru Bantu, GTT Sertifikasi (yang belum tentu dibayar), Guru PNS non sertifikasi, Guru PNS bersertifikasi. Organisasi penampung aspirasi guru pun menjadi bervariasi ada PGRI (Persatuan Guru "PNS" Republik Indonesia), FKGBI (Guru Bantu), Forum Komunikasi/Asosiasi Guru Swasta, Forum Komunikasi Guru yang Tak Kebagian SK CPNS karena PP 43, dan lain-lain. Akhirnya perjuangan guru untuk memajukan pendidikan semakin kabur melebur menjadi kepentingan kelompok masing-masing. (kayak Divide et Impera jaman kompeni he222222xxx)<br /><br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-89695229075208331592008-07-06T00:35:00.000-07:002008-07-06T01:13:19.205-07:00Pak Bupati "Nesu"Kabar mengejutkan datang dari dunia pendidikan. Bupati Purbalingga "katanya" marah karena kondisi pendidikan Purbalingga yang ternyata masih berada di level terendah dibandingkan kabupaten lain di Jawa Tengah (<span style="font-style:italic;">Kebenaran berita ini memang masih belum bisa penulis buktikan, Lha wong belum pernah melihatnya langsung</span>). Andaikan saya bupati saat ini, tentu saya bisa lebih marah lagi (mungkin ngamuk edan-edanan). Jelas banget wong masih banyak anak-anak Purbalingga yang memilih untuk tidak sekolah. Rata-rata nilai UN masih jelek. Tingkat kelulusan di bawah persentase kelulusan nasional.<br /><span class="fullpost"><br />Pendidikan merupakan faktor fundamental kemajuan Purbalingga. Namun sayang sekali, secara umum pendidikan di Purbalingga masih menggunakan pola lama alias ketinggalan jaman. Sebut saja sekolah Islam Terpadu, trend yang di daerah lain sudah terbentuk dengan baik tapi di Purbalingga masih baru muncul "siji tok". Ini baru satu titik kecil permasalahan. <br />Guru dan para pamong desa sudah mendorong anak-anak untuk maju dan pinter. Pada dasarnya sebagian besar rakyat Purbalingga lah yang belum sadar pendidikan. Berat sekali untuk mendorong para orang tua tergerak hatinya. Saya sendiri punya tetangga yang Drop Out dari sebuah SMP swasta terkenal di Purbalingga. Orang tua dan anaknya sudah berkali-kali dinasehati oleh tetangga namun tetap saja si anak tersebut tidak mau sekolah dan orang tuanya juga tidak nampak serius berusaha mendorong anaknya untuk sekolah.<br />Orang tua merupakan titik penting bagi masa depan anak-anaknya. Banyak sekali orang tua di Purbalingga yang masih mengganggap menyekolahkan anak adalah bukan sebuah kewajiban. Mereka merasa si anak tidak begitu butuh pendidikan. Orang tua masih berfikir bahwa tanpa sekolah yang tinggi sampai jenjang SMP atau SMA si anak pasti bisa mencari uang. Lha wong cukup dengan ijazah SD saja trus masuk Perusahaan Bulu Mata, si anak bisa menghasilkan uang. Sederhana sekali pemikiran para orang tua tersebut. Padahal tetangga saya juga ada yang berhasil masuk UGM dan kini telah bekerja di Singapura. Hal ini tidak menjadikan para orang tua termotivasi. Mereka cenderung pesimis karena mengganggap tak mungkin anaknya bisa menyamai prestasi tersebut.<br />Hal terpenting pertama kali yang harus digarap Bapak Bupati adalah menyadarkan rakyatnya. Berilah pengertian supaya anak-anak bisa sekolah. Langkah kedua adalah menghilangkan penghambat anak untuk sekolah. Penghambat pertama jelas program PS-an masuk desa. Faktor ini sangat dominan bagi anak-anak tertentu untuk malas berangkat sekolah. PS-an di daerah kota ada yang buka pagi dan terlihat pelajar masuk ke lokasi dengan pakaian seragam. Pak Bupati sebaiknya mengerahkan Satpol PP untuk menertibkan PS-an. Selain PS-an, para pelajar juga sering keluyuran di alun-alun dan daerah sekitar tugu bancar. Kenapa tidak dirazia, bukankah itu tepat di depan kantor Bapak dan tugu bancar hanya 400 meter dari Kantor Dinas Pendidikan.<br />Jadi banyak hal yang harus dibenahi BERSAMA bukan hanya guru tapi semua unsur masyarakat. Di lain pihak, kita patut bangga dengan prestasi siswa SMP N 1 Purbalingga yang mampu meraih rangking 5 UN tingkat Jawa Tengah dan Rangking I untuk mapel Matematika. Sebenarnya anak Purbalingga mampu menyumbangkan prestasi yang luar biasa. Tinggal Bapak Bupati membuat langkah yang sama seperti halnya apa yang telah diberikan kepada SMP 1. Andai saja semua sekolah mendapatkan "dana" sebesar apa yang mereka dapatkan, guru terbaik, managemen profesional, orang tua yang mendorong kemajuan anak serta kepemimpinan kepala sekolah yang mumpuni seperti halnya SMP Negeri 1 Purbalingga, niscaya pendidikan di Purbalingga akan memberikan kebanggaan. Amiin<br /> <br /><br /><br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-26193296532814418592008-05-24T23:19:00.000-07:002008-05-24T23:31:03.314-07:00Maju Terus ! Siap Hadapi PSB 2008Kesibukan menangani ujian tahun ini membuat energi warga madrasah serasa terkuras. Namun hidup harus terus berjalan. Setelah ujian selesai dilanjutkan dengan UUS kelas I dan II. Kegiatan lain yang sangat penting adalah Penerimaan Siswa Baru. Inilah urat nadi kehidupan madrasah. Tahun ini kita optimis mendapatkan siswa sebanyak 2 kelas. Walaupun saat ini persiapan masih minim, namun rencana dengan cepat akan tersusun. Dibutuhkan partisipasi semua pihak dalam mempromosikan madrasah agar menarik bagi pada calon siswa baru. Terlebih lagi persaingan antar sekolah begitu ketat.<br /><span class="fullpost"><br />Kegagalan PSB 2006 memberikan pelajaran yang cukup berharga bagi dewan guru. PSB 2007 berubah total. Sebanyak 4 spanduk dipasang di seputar kota Purbalingga. Tak ketinggalan promosi dari satu majelis taklim ke majelis taklim lainnya. Siswa baru pun mendapatkan bonus 1 stel bahan pakaian seragam ciri khusus. Setiap calon siswa baru hanya membayar kurang dari 200 ribu rupiah sudah lengkap mendapatkan seragam dan atribut sekolah (dasi/kerudung, topi, seragam OSIS, seragam pramuka). Terbukti strategi tersebut mampu menarik minat siswa sebanyak 75 orang.<br />PSB 2008 akan segera berlangsung. Strategi masih sama dengan PSB 2007. Hanya perlu pembenahan pada sektor administrasi. Selain itu diharapkan PSB 2008 mendapat dukungan dari para pengusaha dan donatur. Dengan ditopang oleh kedermawanan para pengusaha dan masyarakat tentunya MTs `Ushriyyah dapat bertahan terus bahkan lebih maju dari sebelumnya.<br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-1318255348328975612008-05-13T20:47:00.000-07:002008-05-13T21:00:35.009-07:00Benahi Program Sertifikasi SEGERA !Program sertifikasi guru sudah memasuki tahap ketiga. Baik Guru Diknas maupun Depag sudah merasakan dampak adanya program sertifikasi. Namun mohon maaf dampak positifnya belum terasa. Justru dampak negatiflah yang terasa karena kesibukan guru-guru yang mengurus sertifikasi hampir selalu mengorbankan murid bahkan guru lainnya. Murid sering ditinggalkan hanya sekedar untuk fotocopy, mengetik, melegalisir dan meminta tanda tangan. Sehingga guru yang tidak memperoleh kesempatan sertifikasi juga mendapatkan getahnya. Sungguh membuat kerepotan semua warga sekolah.<br /><span class="fullpost"><br />perlu ada pembenahan sistem dalam pengujian guru. Hanya sebuah portofolio tidak cukup untuk menggambarkan kemampuan seorang guru. Lihat saja guru yang sudah menikmati proses sertifikasi, apakah ada perbedaan mencolok ? Saya saja sulit menemukan guru yang memang seperti yang kita harapkan. Parameter yang paling mudah saja yaitu kehadiran di sekolah terlihat sulit untuk mereka penuhi. Apalagi soal kualitas mengajar di kelas.<br />Pemerintah perlu mengkaji ulang pengujian dalam memperoleh sertifikat. Sebaiknya ada tahapan mulai dari tes tertulis, psikotest, microteaching, dan tes wawancara. Peserta yang mengikuti ujian pun seharusnya tidak memandang lamanya masa kerja. Soalnya tidak semua guru dengan pengalaman kerja 10 tahun akan lebih baik dari guru dengan pengalaman kerja 2 tahun.<br />Akhirnya kita berharap pemerintah tidak membuang dana yang cukup besar tanpa ada hasil yang maksimal. Gunakan cara yang lebih baik dan berkeadilan dalam uji sertifikasi. maturnuwun thank you<br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-73781745286727108542008-04-25T02:09:00.000-07:002008-04-25T02:36:27.973-07:00Apakah ada Kecurangan dalam UN 2008Curang ... jawaban ketidakmampuan seseorang ketika menghadapi sesuatu yang dianggap muskil untuk dicapai. Curang merupakan sifat yang dimiliki "beberapa" manusia. Kecurangan dalam Ujian Nasional adalah satu bentuk kecurangan yang kini "disangka" terjadi. Wapres, Jusuf Kalla, telah membantah adanya kecurangan terjadi di UN SMA/SMK kali ini. Berdasarkan isu dan gosip yang sedang hangat dibicarakan oleh rekan-rekan guru tindak kecurangan ternyata masih ada. Seperti apa bentuk kecurangannya ?<br /><span class="fullpost"><br />Bukannya buruk sangka tapi gosipnya (biar tidak disangka menuduh he2345x) ada pengawas dari suatu sekolah berusaha membuat siswa peserta ujian menjadi "tertekan" sehingga mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi. Ini adalah imbas dari pesaingan antar sekolah. Satu sekolah ditengarai ingin menjatuhkan nilai ujian sekolah lain. Lain halnya dengan SMS dari rekan guru saya di suatu daerah di luar jawa yang bertanya apakah di jawa dibagikan kunci jawaban setelah 30 menit ujian berlangsung. Wah jelas aneh nih, kalau isi SMS itu benar, bisa jadi semua sekolah di kabupaten tersebut sudah tahu sama tahu alias melakukan kecurangan berjamaah.<br />Gosip di atas kata Slank adalah gosip jalanan yang kadang benar tapi suliiiiiiiiit dibuktikan. Saya sendiri hanya tahu sama tahu alias silakan tanggung sendiri akibatnya. Contohnya teman-teman guru yang terpaksa mendekam di sel penjara hanya gara-gara membenarkan jawaban siswanya. Malu rasanya melihat guru menunduk lesu disorot lampu kamera televisi seperti maling dan perampok. Kalau ada satu sekolah yang tertangkap basah, seperti fenomena gunung es, berarti masih ada banyak sekolah lain yang melakukan kecurangan.<br />Kini tinggal kita sambut Ujian Nasional MTs/SMP dengan penuh optimisme. Walau hasil try out jeblok, tetap semangat. Kami tak pernah berfikir untuk curang. Bahkan kami sudah menghimbau kepada siswa untuk tidak berusaha mencontek. Apabila terbukti pihak sekolah tak akan segan untuk menuliskannya dalam berita acara dan dilaporkan kepada panitia pusat. Kami ingin siswa yang punya kejujuran karena pendidikan dimaksudkan untuk membangun karakter. Ujian adalah alat untuk membuat siswa lebih jujur dan menjadi seorang pejuang sejati.<br /><br /><br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-84647186750235709052008-04-11T01:31:00.000-07:002008-04-11T01:56:20.135-07:00Sabar Yaaaa !!!!Ujian Nasional sebentar lagi, para crew alias panitia kian sibuk. Sekarang sedang merumuskan anggaran yang tepat. Katanya sih dapat bantuan dari APBN sama APBD yang besarnya dihitung per peserta ujian. Wah repot banget bagi sekolah dengan jumlah siswa sedikit. Ternyata bantuan yang diberikan tak mencukupi. Bagi sekolah dengan jumlah siswa berjibun uang sekarang tak jadi persoalan. Itu yang sedang dipersiapkan panitia. Saya dan teman2 guru (sebenarnya juga merangkap jadi panitia) juga sibuk mendandani plus memoles anak-anak agar "pantas" tampil di ujian. Repotnya setelah 7 kali try out hasilnya tetap saja tingkat kelulusannya di bawah 30 %. Tim sukses sudah semakin panas. Para guru sudah banyak yang "marah-marah" kepada siswanya. Saya cuma senyum, karena juga sudah puas "marahnya". Kita kadang sulit menggunakan kepala yang dingin. Pikiran semakin panik, tapi siswa malah terlihat adem ayem tak ada rasa cemas.<br /><span class="fullpost"><br />Ini mungkin hanya terjadi di Ushriyyah. Kami sudah menggunakan segala daya upaya mulai dari pembelakalan rohani sampai nginep untuk sholat malam, outbond, try out, mendatangkan motivator untuk siswa dan orang tuanya, sampai dengan les tiap pagi. Rasanya energi sudah terkuras tapi hasil tak memuaskan bahkan mengecewakan. Pengalaman pahit tingkat kelulusan 24 % pernah kami rasakan pada tahun 2006. Setelah memperbaiki sistem pembelajaran, akhirnya tingkat kelulusan meningkat menjadi 58 % pada tahun 2007. Tahun ini kami berharap tingkat kelulusan bisa mencapai 90 % bahkan sampai 100 %.<br />Kelelahan yang dialami oleh guru sebenarnya dialami juga oleh siswa. Saya melihat raut muka kebosanan sudah berakar. Sabtu besok (12/04/08) kami berencana mengadakan motivation training bagi siswa kelas IX. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan semangat juang serta mendorong siswa agar tidak putus asa menghadapi hasil try out yang kurang memuaskan. Kegiatan pembinaan guru juga akan segera dilaksanakan. Direncanakan kegiatan In House Training akan menghadirkan motivator dari Purbalingga yaitu Padang Kusumo serta praktisi pendidikan Drs. Supardan, MM. dari Dinas Pendidikan.<br />Kami merasakan lelahnya perjuangan tapi bukan berarti harus menyerah lho. Medan pertempuran sudah di depan mata, kenapa harus mundur ketika lawan yang dihadapi adalah lawan yang "terlihat" tangguh. Saya pernah bertanya kepada teman-teman yang mengajar di sekolah lain tentang tingkat kelulusan dalam try out. Wah ternyata masih kalah dari tempat mereka mengajar.<br />Buat yang membaca tetap menunggu ya kelanjutan dari episode menunggu UN 2008. Tetap Semangat !<br /><br /><br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-77482398275399221272008-04-10T02:38:00.000-07:002008-04-10T03:01:55.569-07:00Kirim Salam Buat SMP Negeri 3 PurbalinggaMengapa kok di pojokan ada gambar SMPN 3 ? jelas mudah ditebak. Pertama karena tetangga kedua karena saya alumni SMPN 3. Sayang banget SMPN 3 belum online jadi tidak tahu perkembangannya sekarang. Banyak kesan yang saya dapatkan sewaktu SMP. Bapak-bapak dan Ibu-ibu guru di SMP memang baik-baik. Tapi ada juga yang sering memberikan teguran dan kadang hukuman. Saya memang bukan murid bandel tapi juga bukan murid yang pinter. Guru-guru saya dulu masih mengajar di SMPN 3, ada Pak Pri, Bu Mus, Pak Imam, Bu Nisa, dan lain-lain. Wah tidak semua bisa disebutin, kadang memang ada kesan tersendiri kepada pada guru kita sehingga sampai tua pun masih ingat. Bicara soal SMPN 3 sekarang saya acungi jempol luar biasa.<br /><span class="fullpost"><br />Dahulu kala (konon kabarnya) SMPN 3 bukanlah sekolah yang bergengsi. Saya sendiri masuk setelah SMPN 3 mulai punya pamor. Sekarang SMPN 3 sudah punya bintang yang berkilau. Kalau dulu anak SMPN 3 agak jarang yang melanjutkan ke SMAN 1. Tapi sekarang sudah ada lebih banyak yang bisa masuk kesana. Itu positifnya, lha yang negatif adalah SMPN 3 semakin sumpek. Bukannya dulu hijau bersih dan lebih sumringah. Sayangnya pengaturan pembangunan gedung serasa morak-marik. Banyak pohon yang ditumbangkan. Sebenarnya mau seperti apa sih bangunannya ? apa sudah ada gambar yang "luar biasa" seperti tetangga kita SMPN 1 ?<br />Sebagai alumni, saya berharap SMPN 3 terus maju. Saya masih ingat mars SMPN 3 yang dulu diciptakan oleh Pak Warto (kalo enggak salah sih). Saya hafal setelah ikut penataran P4. Kalau siang kan ada acara menyanyi bersama. Dulu lagu ini disandingkan dengan lagu Apuse dari Papua. Selama satu minggu tak bosan dan tak jenuh (pokoke semangat). Setelah lama menjadi siswa saya sendiri termasuk golongan pemalas. Tapi jangan salah saya sangat suka dengan pelajaran Bahasa Inggris yang dulu pengajarnya Bu Agus istrinya Pak Agus yang guru Ekop. Paling bosen dengan Biologi sama Pak Jaroh. Paling sumringah pelajaran Bahasa Indonesia sama Bu Nisa (dulu masih manis he2x). Kalo Olahraga harus serius karena diajar sama Pak Pri (buat temen2 yang kalo upacara enggak bawa topi pasti masih inget).<br />Eh kabar temen-temen angkatanku (lulus 1993) gimana ya ? wah ada yang jadi orang gedean, sedengan dan ada juga yang kekecilan. Ada yang jadi dosen Unsoed, Ajudan Wakil Bupati, Guru, karyawan swasta, buruh pabrik, tukang las, wah pokoke macem2 dan merambah semua dunia usaha. Moga-moga nasib kita (alumni 93) ke depan jadi orang sukses dunia dan akhirat. Amiin. Sekian dulu ya...sekedar mengenang masa lalu yang begitu indah di SMP Negeri 3 Pubalingga.<br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-35693685968749028562008-03-11T05:14:00.001-07:002008-03-11T05:38:47.829-07:00Wokshop "Mahal" Ujian NasionalAlhamdulillah sudah 2 minggu saya harus menghadiri 2 workshop tentang Ujian Nasional. Workshop pertama adalah workshop yang diadakan oleh K3SMP khusus membahas soal UN langsung dari sumbernya. Sedang workshop kedua adalah lanjutan dari workshop pertama yang diperuntukkan bagi seluruh guru mapel UN MTs Muhammadiyah dan Ushriyyah. Tidak semua guru MTs dapat menghadiri workshop pertama. Saya termasuk beruntung karena bisa ikut serta di workshop pertama. MTs kami hanya mengirimkan dua wakil mengingat biaya yang ditarik per orang adalah 235 ribu rupiah. Sebuah harga yang cukup "mahal" untuk mengikuti workshop dua hari. Mahal adalah hal yang relatif, bagi kami uang sebesar itu sama dengan gaji selama sebulan sehingga saya bisa mengatakan mahal. <br /><span class="fullpost"><br />Saya mengikuti "kelas" guru matematika. Tutornya seorang wanita berasal dari Jakarta. Saya dan kawan-kawan sempat tertipu, saya kira pembicara ini akan sangat membosankan tapi nyatanya asyik dan menarik untuk disimak. Sang tutor membeberkan banyak sekali info mengenai materi yang akan diujikan. Hal yang disampaikan memang tidak lebih dari penjelasan SKL secara lebih terperinci. Misalnya dia memprediksi bahwa soal mengenai volume limas akan muncul di UN 2008, luas selimut kerucut, tripel pythagoras dan sebagainya. Mendengar hal tersebut saya merasa lebih mantap dan percaya diri dalam membimbing siswa. Paling tidak saya sudah menemukan jalan untuk sampai pada target 100 % lulus.<br />Hari kedua diisi dengan pembuatan soal prediksi UN oleh seluruh peserta workshop. Tidak kurang dari 80 orang guru matematika SMP/MTs turut ambil bagian. Sayangnya saya harus mengajar di sekolah lain pada hari kedua. Sehingga saya tak bisa mengikuti kegiatan tersebut. Niatnya sih siang harinya baru saya akan hadir, namun apa boleh buat saya mesti menyelesaikan Daftar Nominasi Sementara (DNS) peserta UN yang keesokan harinya harus diserahkan ke dinas pendidikan. Jadilah saya merasa menyesal, tapi pilihan harus dijatuhkan pada hal yang lebih penting dan mendesak.<br />Untunglah diadakan workshop kedua tingkat KKMTs. Saya dan kawan-kawan guru MTs mendapatkan pengetahuan tambahan dari rekan-rekan yang mengikuti workshop sampai selesai. <br />Satu hal yang membuat saya tertegun adalah ketertinggalan madrasah sudah sedemikian parahnya. Andaikan K3S tidak "kasihan" tentulah kami para guru MTs tak bakal dilibatkan. Nasib kurang baik dialami para guru MI yang tak kebagian undangan (kalau datang dikira tamu tak diundang lho). Pertanyaannya adalah apakah UN hanya untuk SD/SMP/SMA/SMK ? kenapa madrasah seakan dilupakan ? Bukankah madrasah merupakan institusi yang paling rendah hasil UNnya, inilah yang harus digarap pemerintah agar pendidikan merata bukan njomplang ....<br /><br /><br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-16020419860690242432008-02-22T01:47:00.000-08:002008-02-22T02:10:10.398-08:00Kita (guru) Harus Belajar (lagi) !Kata belajar sudah menjadi milik siswa. Dimanapun semua orang pasti setuju kalau siswa memang wajib untuk belajar. Ulama bilang fardlu `ain. Apalagi sekarang Ujian Nasional semakin dekat. Orang tua begitu gencar mengeluarkan ultimatum anak untuk belajar. Apalagi para guru, mereka tak bosan untuk memberlakukan program wajib belajar bagi kelas VI, IX, dan XII. Tapi orang jawa sering mengatakan Jarkoni (gelem ngajar ora gelem ngakoni). Para guru pun sering Jarkoni. Saya di sekolah tak bosan-bosannya menawarkan kepada guru yang buta komputer untuk belajar komputer. Sambutan dari rekan guru begitu dingin. Perlu kah sosialisasi alasan guru wajib belajar (lagi) !<br /><span class="fullpost"><br />Alasan utama seorang harus belajar adalah untuk mengasah otak agar tidak tumpul. Paling tidak dengan belajar kembali seorang guru semakin menguasai materi. Selain itu belajar membuat guru tidak ketinggalan jaman. Teknologi semakin berkembang, tanpa ada pembelajaran teknologi guru akan mengalami keajegan. Zaman sekarang guru harus mampu mengoperasikan komputer, dan LCD projector. Sudah bukan zamannya lagi mencongak, kecuali untuk pelajaran bahasa (listening).<br />Alasan kedua guru harus belajar adalah perkembangan peserta didik perlu diketahui dengan baik. Saya kemarin mendengar keluh kesah guru sebuah SMP Negeri. Beliau menganggap muridnya tidak patuh, bandel dan rendah semangat belajarnya. Tingkat ketidakhadiran tanpa keterangan di SMP itu memang tinggi. Dalam hati, saya berkata "siswa bosan, karena guru membosankan". Lebih asyik bermain PS, nongkrong, nonton TV dan lain-lain. Belajar di sekolah laksana menempuh hukuman di penjara oleh karena itu banyak sekolah yang membuat tembok keliling bukan untuk menghalau maling tapi menjaga agar siswanya tidak kabur.<br />Guru perlu mencari model pembelajaran yang baru. SMP Qoryah Thoyyibah (maaf kalau salah ketik nama) merupakan salah satu model sekolah yang menyenangkan. Walaupun sulit bagi sekolah lain meniru namun semangat dan pola kerjanya patut kita tiru dan terapkan. <br /><br /><br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-76094498100567314572008-02-18T00:16:00.000-08:002008-02-18T00:52:04.004-08:00Pandangan Terhadap Kepala SekolahAyah saya seorang kepala sekolah. Beliau baru saja naik "tahta" selama 1 semester. Saya sering sekali berdiskusi mengenai kondisi sekolah beserta romantikanya. Tentu saja ini versi kepala sekolah. Dulu pun beliau seorang guru, jelas pula pernah merasakan dipimpin seorang kepala sekolah. Diskusi dengan ayah saya menyadarkan diri saya bahwa menjadi seorang kepala sekolah tidaklah mudah. Banyak tantangan yang dihadapi.<br /><span class="fullpost"><br />Permasalahan utama berasal dari guru. Dalam satu sekolah minimal terdapat 6 - 50 orang guru tergantung dari satuan pendidikannya. Namun permasalahan yang dihadapi hampirlah serupa. Kepala sekolah sering dihadapkan pada guru yang tidak kompeten serta guru yang tidak disiplin. Melihat hal tersebut tentulah kepala sekolah mempunyai sikap suka dan tidak suka terhadap seseorang. Akhirnya kepala sekolah cenderung "dekat" dengan guru tertentu saja yang dianggap sejalan dengan visi dan misinya. Kebijakannya pun cenderung menguntungkan guru tertentu saja. Hal ini menyebabkan guru menganggap kepala sekolah bertindak tidak adil. Kepala sekolah sebenarnya menginginkan dekat dengan siapapun namun dorongan rasa suka dan tidak suka membuat pilihannnya jatuh kepada pertimbangan hati bukan otak.<br />Kepala sekolah yang sangat disiplin malah kurang disukai sebagian besar guru. Hal ini jelas karena sebagian besar guru di Indonesia bukan golongan orang-orang yang terbiasa dengan disiplin ketat. Padahal disiplin merupakan modal penting dalam meningkatkan kemajuan sekolah. Untunglah di Indonesia tak banyak juga kepala sekolah yang menerapkan disiplin ketat. Alih-alih malah bertindak tebang pilih dalam penegakan disiplin. Terkadang karena alasan lebih senior, kepala sekolah jarang menegur guru yang lebih tua. Sebaliknya, guru-guru yang masih muda sering mendapat jatah teguran. Selain itu, guru muda sering mendapatkan tugas-tugas tambahan sehingga beban kerja antara guru muda dengan guru senior sering timpang.<br />Isu seputar kepala sekolah tak berhenti sampai pada permasalahan penegakan disiplin. Hal lain yang hangat dibicarakan adalah transparansi penggunaan dana. Seringkali sekolah mendapatkan bantuan ratusan juta namun hasilnya tak sebanding dengan uang yang diterima. Pembangunan gedung sering disebut-sebut sebagai tambang emas kepala sekolah untuk memperkaya diri. Persangkaan ini memang cukup marak berkembang di sela pembicaraan para guru. Benar atau tidaknya hanya Tuhan yang mengetahui. Namun akar permasalahannya justru pada kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya. Kepala sekolah yang jujur tapi tak mampu membuat satu kebijakan yang transparan dan akuntabel alias acak-acakan dan amburadul adalah sasaran empuk buruk sangka bawahannya.<br />Kepala sekolah hanyalah satu orang sehingga tak mungkin membuat semua guru menyenanginya. Guru mempunyai kriteria tertentu mengenai kepala sekolah yang baik. Tak semua harapan guru bisa berada di tangan seorang kepala sekolah. Pegangan utama seorang kepala sekolah adalah peraturan dan hati. Pikirkan dengan otak, renungkan dengan hati dan lakukan dengan bijak.<br /><br /><br /><br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-61875766191464425652008-01-14T01:34:00.001-08:002008-01-14T02:08:49.117-08:00Layanan PRIMA untuk SISWALayanan untuk siswa, kata-kata yang rasanya masih asing dan janggal. Sekolah sebagai institusi pendidikan belum memperhatikan hal ini sebagai sesuatu yang serius. Siswa adalah obyek dalam pendidikan sebagaimana pasir dan semen dalam membangun rumah. Sedangkan guru adalah subyek sebagaimana seorang tukang batu. Siswa seringkali diperlakukan layaknya pasir dan semen. Perhatikan saja kebijakan liburan sekolah untuk SMP di Purbalingga. Ketika siswa telah menyelesaikan Ulangan Umum Semester Pertama, libur baru diperoleh 3 minggu setelahnya. Pemberitahuannya pun mendadak dan dipaksakan. Inilah satu contoh perlakukan tak adil kita (para guru dan pemerintah) terhadap siswa.<br /><span class="fullpost"><br />Sekolah adalah surga belajar bagi siswa. Guru dan karyawan layaknya malaikat yang menyediakan segala kebutuhan siswa sehingga dapat merasakan nyaman berada di sekolah. Mungkin apabila kita survey, siswa tak bakal menjawab dia benar-benar merasakan bahagia ketika memasuki lingkungan sekolah. Justru rasa tak nyamanlah yang muncul. Tak pernah sekalipun siswa keberatan jika pada suatu hari siswa harus dipulangkan lebih cepat. Hari libur selalu menjadi hari yang dinantikan. Inilah yang memunculkan pendapat sekolah saat ini adalah neraka bagi siswa. Pendapat ini terdengar ekstrim tapi sungguh sebuah kenyataan yang tak terbantahkan.<br />Respon siswa terhadap sekolah "neraka" beragam. Bagi siswa yang mempunyai keberanian, mereka cenderung untuk minggat atau tidak berangkat tanpa keterangan. Bagi siswa yang "ciut nyalinya", mereka cenderung memilih untuk tetap masuk sekolah tapi dengan ekspresi-ekspresi negatifnya. Celakanya bagi yang sama sekali tak bernyali, mereka menjadi penyendiri dan terkena depresi. Untunglah masih ada siswa yang mampu beradaptasi sehingga mereka mampu bertahan dan seolah-olah akan mengikuti segala aturan sekolah. Tak dipungkiri lagi belajar di sekolah menjadi sesuatu yang terdengar berat dan melelahkan.<br />Tembok pagar sekolah yang menjulang merupakan tembok pengekangan. Siswa tak perlu tembok tinggi untuk dapat bertahan di sekolah. Mereka tidak memerlukan sentuhan penjara. Mereka memerlukan motivasi dan semangat untuk maju dan berkembang di sekolah. Sayangnya pagar sekolah yang tinggi menjadi kebutuhan yang mendesak untuk dibangun. Selain itu, terjadi over populasi di setiap kelas. Padahal semakin banyak siswa di satu kelas, semakin kecil porsi perhatian guru terhadap setiap siswa. Belum lagi ketika harus mengikuti kegiatan praktek. Sebuah percobaan IPA harus dilaksanakan berkelompok dengan 5-10 siswa sekaligus. Ketrampilan siswa secara menyeluruh tak bakal terasah dengan baik dengan model praktikum keroyokan. <br /><br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-91808930794888846582008-01-08T00:03:00.000-08:002008-01-08T00:37:10.946-08:00Balada Tunjangan Fungsional Depag 2007Mendapatkan tunjangan fungsional bagaikan telah lepas dahaga di padang gersang. Itulah yang dirasakan oleh guru-guru honorer di lingkungan Depag Purbalingga. Sejak Desember tahun lalu, para guru menunggu pencairan tunjangan setelah tersiar kabar bahwa guru-guru Diknas sudah menerimanya. Wah asik nih, uang sebesar 2,4 juta akan masuk ke kantong. Kepastian penerima tunjangan telah didapatkan Sabtu kemarin (5/1/08). Syukurlah MTs kami kebagian jatah untuk 10 orang dari 11 orang guru honorer yang ada. Namun, lagi-lagi ada udang di balik batu. <br /><span class="fullpost"><br />Kami mendapatkan instruksi dari masing-masing kepala madrasah untuk menyerahkan 20 ribu rupiah kepada pegawai Depag yang telah "merasa" sangat berjasa atas turunnya tunjangan. Para pegawai pemerintah yang notabene PNS itu akan mendapatkan total kira-kira 6 jutaan (tentu saja untuk dibagi-bagi dong). Hal yang paling aneh terjadi di beberapa kecamatan. Khusus guru MI honorer, dipatok pungutan sebesar 60 ribu per orang. <br />Kami tentu saja merasa "ikhlas beramal" sesuai semboyan Depag. Berbagai pungutan yang kami rasakan sungguh tak rasional. Para pegawai Depag khan sudah dibayar pemerintah kenapa tega mengambil hak para guru honorer yang berpendapatan rendah. Bagi guru honorer uang puluhan ribu sungguh berarti.<br />Inilah kado pahit HAB Depag ke-62, 3 Januari 2008. Mental korup para pegawainya ternyata belumlah surut. Semua pelayanan Depag kepada para guru sudah memakai tarif, SK turun ada tarifnya, rapel cair ada potongannya, ikut sertifikasi ada iurannya, dapat proyek kurang bagiannya, mengambil bantuan buku paket ada tebusannya. Seolah-olah tanpa uang mereka tak bakalan bekerja. <br />Saya bukan penyidik yang harus mencari bukti yang sesuai dengan kaidah hukum. Depaglah yang harus membuktikan bahwa sudah tidak ada lagi pungutan seperti itu di masa datang. <br />Sudah saatnya DEPAG BERSIH !<br />Selamat Hari Amal Bakti Departemen Agama RI !<br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-43673305435808156672007-12-29T19:44:00.000-08:002007-12-29T20:09:37.573-08:00Saya Pindah TugasKesempatan untuk mendapat tempat kerja baru ternyata datang ketika saya sudah 5 semester mengabdi di MTs `Ushriyyah. Rasanya sangat berat meninggalkan sekolah yang sudah menjadi rumah kedua bagi saya. Tawaran mengajar di sekolah lain datang tiba-tiba. Sebagai seorang sarjana kimia, tentu saja saya menginginkan bekerja tempat yang tepat. Selain itu, saya terdorong untuk mengembangkan pemikiran. Sayangnya kepindahan saya tidak tepat waktu. Andaikan saja saya seorang PNS mungkin tak bakal secepat ini berpindah tugas. Selama 1 semester ke depan, saya masih bertugas di MTs `Ushriyyah. Setelah itu, saya harus 100 % berada di sekolah baru. <br /><span class="fullpost"><br />Bekerja di sekolah negeri menjadi hal yang sulit di Purbalingga. Saya pun harus bersaing dengan beberapa orang untuk memperoleh pekerjaan ini. Banyak orang yang berharap dengan mengabdi di sekolah negeri akan mengantarkan dia menjadi PNS. Susah juga apabila kita sudah berbicara tentang rezeki.<br />Entah kenapa hati saya merasa berat meninggalkan MTs `Ushriyyah. Sekolah ini telah memberikan saya kesempatan untuk berfikir dan mewujudkan impian. Hal yang mungkin tak akan saya temukan di sekolah manapun mengingat saya tergolong pegawai junior. Pada saat impian saya belum terwujud, ternyata tawaran datang dari sekolah baru. Saya pun mengikuti seleksi sebagai wujud penghormatan kepada penyelenggara. Hasilnya di luar dugaan, saya terpilih sebagai GTT di sekolah tersebut.<br />Hidup harus terus berjalan. Tantangan baru muncul. Saatnya bagi MTs `Ushriyyah Purbalingga mengembangkan diri tanpa kehadiran saya. Harapan menjadi salah satu sekolah unggulan nampaknya tak akan sirna. Optimisme ini muncul dari adanya sosok baru di MTs `Ushriyyah. Patah Tumbuh Hilang Berganti ...<br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-16826676592933813012007-12-29T18:16:00.000-08:002007-12-29T19:01:55.198-08:00LHBS (Laporan Hanya Bikin Susah)Sabtu (29/12/07), saya memulai hari pertama tugas di sekolah yang baru. Kegiatan pertama yang diikuti adalah mengawasi UUS. Setelah itu, rapat guru dimulai tepat setelah UUS selesai. Inilah rapat perdana yang saya ikuti. Pembahasan pertama adalah pengisian LHBS. Konon kabarnya LHBS itu singkatan dari Laporan Hasil Belajar Siswa atau lebih singkatnya disebut raport. LHBS KTSP begitu rumitnya sampai-sampai saya juluki sesuai judul tulisan. Setiap nilai kompetensi harus dicantumkan dalam LHBS. Coba bayangkan apabila dalam satu semester ada 5 kompetensi x 10 mata pelajaran. Berat sekali tugas seorang wali kelas yang harus menulis 50 nilai KKM, 50 nilai angka dan 50 nilai huruf. Apabila terdapat 40 siswa, seorang wali kelas menulis sebanyak 6000 item. Waktu yang diperlukan untuk menulis per item bisa mencapai 15 detik maka diperlukan sebanyak 1500 menit atau 25 jam untuk menyelesaikan LHBS satu kelas. Ini adalah pekerjaan yang berat tetapi sia-sia.<br /><span class="fullpost"><br />Kenapa saya menganggap model LHBS sekarang adalah pekerjaan sia-sia. Pertama, siswa tidak akan terbantu dengan pencantuman nilai setiap kompetensi. Siswa lebih menyukai nilai tunggal untuk satu mata pelajaran. Mereka belum mampu menganalisis hasil yang dia peroleh dengan melihat LHBS kecuali siswa yang bergelar profesor. Justru siswa akan mengalami kebingungan. Setali tiga uang dengan siswa. Para orang tua jelas tak bakal terbantu dalam memahami perkembangan putra/putrinya. Mereka juga cenderung tidak akan paham dengan laporan penilaian seperti ini.<br />Penilaian di Indonesia menjadi hal pokok dalam pendidikan. Nilai menjadi sebuah kebanggaan yang menyebabkan seseorang memperoleh status yang lebih tinggi dibanding orang lain. Nilai juga bisa menjadi teror bagi seseorang untuk melakukan pembelajaran dengan lebih intensif. Model yang sedang dikembangkan pemerintah adalah menjadikan nilai sebagai bom untuk meneror. Lihatlah standar kelulusan dalam UN yang selalu ditingkatkan. Inilah teror yang dikembangkan oleh pemerintah untuk menekan guru dan siswa agar seolah-olah terjadi peningkatan nilai yang diasumsikan sebagai peningkatan kualitas pendidikan.<br />Sungguh kasihan siswa di Indonesia yang harus mengejar nilai KKM ataupun standar kelulusan. Apabila gagal mereka akan menjadi generasi kalah yang terus menanggung rasa frustasi, sedangkan bagi yang berhasil mereka akan mengganggap lulus sebagai bagian dari pintu keluar dari sebuah kawah candradimuka. Akhirnya siswa di Indonesia akan alergi dengan kata belajar.<br />Penilaian hanyalah alat bukan tujuan akhir sebuah pendidikan. Contohnya, kondisi sektor pertanian yang perkembangannya kalah dengan Thailand. Padahal setiap tahunnya ratusan sarjana pertanian lulus dengan predikat cum laude. Seorang sarjana pertanian yang cum laude tidak serta merta akan terjun ke dunia pertanian dengan menjadi petani profesional. Justru malah teman saya yang Drop Out dari fakultas pertanian terus berjuang di sektor ini.<br />Kesimpulannya, LHBS KTSP hanyalah wujud kreativitas yang tak bermanfaat. Kembalikan model penilaian seperti kurikulum 1994. Ringan, mudah dicerna dan sederhana. Waktu yang digunakan oleh guru sebaiknya digunakan untuk menambah pengetahuan melalui kegiatan seminar, MGMP, membuat karya ilmiah serta membaca buku. Bukan sekedar pusing menghitung nilai dan mengadakan ulangan/remidi.<br /><br />Komentar model Banyumasan : <span style="font-style:italic;">Aja Kakehan Sengek !</span><br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-31037281079865292352007-12-18T02:14:00.000-08:002007-12-18T02:39:26.912-08:00Ada Something ? Pengumuman CPNS Honorer DEPAG PurbalinggaSomething happen in DEPAG District Office. Pengumuman CPNS DEPAG dari jalur honorer diumumkan Senin, 17 Desember 2007 di Kantor DEPAG Kabupaten Purbalingga. Tercatat ada 132 orang dinyatakan diterima menjadi CPNS Depag tahun ini. Puluhan guru MI, MTs dan MA nampak memenuhi halaman kantor. Raut bahagia terpancar dari beberapa orang sedangkan ekspresi kecewa juga muncul. Saya termasuk orang yang tak berekpresi apapun. Senang pun tidak apalagi kecewa. Setelah dengan seksama melihat tanggal lahir saya begitu tertarik untuk menelusuri lebih jauh. Soalnya ada sesuatu yang mengganjal.<br /><span class="fullpost"><br />Ganjalan itu adalah munculnya tenaga honorer dengan tahun lahir 1985. Orang tersebut berarti baru berusia 22 tahun. Hebat benar ya, semuda itu dia bisa lolos. Apabila dihitung dengan matematika anak SD, berarti dia sudah mengabdi paling lama selama 4 tahun. Itupun jika dia lulus SMA tepat berusia 18 tahun kemudian langsung diterima menjadi guru MI. Sulit membayangkan masih ada guru MI yang mengabdi selama 15 tahun tetapi namanya tak tercantum. Eh malah orang yang baru mengabdi selama 4 tahun bisa lolos.<br />Dari 132 orang yang lolos terdapat 51 orang yang lahir pada dekade 80-an. Berarti ada separuh yang ternyata tercatat sebagai tenaga honorer kurang dari 5 tahun. Bukti ini memang tak bisa membuat saya berfikir lebih "kritis". Hanya saja DEPAG perlu membenahi sistem perekrutan CPNS-nya apabila ingin bersih dari dugaan-dugaan kecurangan. Tuduhan ini terlontar dari seorang ibu yang juga turut melihat pengumuman waktu itu. Si Ibu sudah mengabdi selama 7 tahun, ternyata tak tercantum dalam pengumuman.<br />Tuduhan kecurangan dapat diatasi dengan mencantumkan unit kerja orang yang lolos serta membuat data guru/pegawai honorer lebih transparan. Adanya tersebut membuat masyarakat bisa menilai layak tidaknya mereka yang dinyatakan lolos. Transparansi mutlak diperlukan. Ingat DEPAG kan ingin keluar dari sangkaan departemen yang paling KORUP, saatnya bertindak ... (kecuali memang benar-benar korup he2x gak perlu bertindak apapun. Tetep ajeg nanti akan dikalahkan oleh perputaran zaman)<br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-47567360663038745102007-12-12T01:59:00.000-08:002007-12-12T02:19:26.245-08:00Menikah !Pokok bahasan menikah sedang hangat dibicarakan para guru. Gosipnya sih ada guru yang sudah kebelet pengin menikah. Maklum saja, guru-guru di tempat kami sebagian besar masih single (belum dobel alias ganda campuran). Komposisinya lengkap lho, putra ada putri pun ada. Keinginan untuk menikah jelas ada di benak masing-masing. Tapi kenapa sih masih pada melajang. Ikuti penelusuran tim nikah gratissss berikut ini !!!!!<br /><span class="fullpost"><br />Menikah merupakan salah satu tuntunan agama. Para guru pun sudah memasuki masa akil baligh. Melajang bagi mereka (apa kami sih) bukan sebuah pilihan tetapi hanya kenyataan yang belum bisa diatasi. Guru tertua yang belum menikah berumur kurang lebih 38 tahun. Kalau yang paling muda baru berusia 24 tahun. Isu menikah terutama bagi yang sudah berumur sangat sensitif. Oleh karena itu, kami tak pernah menyinggung soal menikah dihadapan mereka. Lain soal ketika berbicara dengan rekan kerja yang masih muda. Pertanyaan klasik seperti kapan menikah jadi menu sapaan harian.<br />Pertanyaan kapan menikah? merupakan pertanyaan yang cukup membuat jengah. Bagi saya yang belum berani menikah, pertanyaan tersebut hanya di jawab seadanya. Saya termasuk golongan orang-orang yang terlalu banyak menggunakan matematika pernikahan. Perhitungan biaya hidup dan pendapatan bulanan ternyata tak seimbang. Walhasil masih menjadi ketakutan tersendiri untuk menikah.<br />Bagi teman-teman yang sudah menikah, matematika pernikahan tak lagi berlaku. Menurut mereka Alloh akan memberikan rezeki yang tidak disangka-sangka. Kekhawatiran tak bisa menghidupi anak istri harusnya dihilangkan saja. Beda dengan orang tua saya, mereka sangat menginginkan anaknya diangkat menjadi PNS sebelum melenggang ke jenjang pernikahan. Pengalaman orang tua yang hidup tidak enak sewaktu memasuki jenjang pernikahan menjadi referensi utama.<br />Menikah juga diartikan memberi dari pihak laki-laki kepada perempuan. Orang jawa memberlakukan hukum tak tertulis bagi seorang laki-laki agar membawa seserahan. Besaran seserahan tersebut bisa mencapai jutaan rupiah. Andai tak menyerahkan seserahan, keluarga bisa menanggung malu. Nyatanya keluarga saya termasuk keluarga yang dikenal luas masyarakat. Sehingga mau tak mau harus jaga image. Padahal belum tentu kondisi keluarga mampu menyediakan dana sebesar itu.<br />Jadi tambah ngelantur nih, sekian saja dulu topik menikah di kalangan pendidik. Mbok ada tanggapan apa tawaran bantuan modal kami terima dengan senang hati. Matur nuwun<br /><br /><br /><br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-47826911507383933892007-11-30T02:18:00.000-08:002007-11-30T02:34:10.337-08:00Standar Kelulusan Naik, Pukulan Berat Dunia Pendidikan PinggiranLuar biasa, pemerintah dengan percaya diri terus meningkatkan standar kelulusan Ujian Nasional. Saya sebagai guru matematika hanya pasrah. Pemerintah mempunyai wewenang yang tak terbantahkan untuk menentukan berapa standar kelulusan UN. Dengan nilai 5,25; siswa harus berusaha sekuat mungkin untuk meraih target. Terutama siswa di sekolah dunia pinggiran alias sekolah dengan input siswa yang kurang bagus. Belum lagi kami menyesuaikan diri dengan standar lama 5,00 yang dirasakan cukup berat, muncul monster yang lebih menakutkan yaitu standar 5,25.<br /><span class="fullpost"><br />Saya tak pernah takut dengan peningkatan standar kelulusan karena saya sudah lulus Ujian Nasional (EBTANAS). Namun beban dirasakan semakin berat. Melihat hasil ulangan harian saja,saya sudah miris karena rata-rata ulangan harian hanya berkisar antara 3,00 - 4,00.<br />Sungguh tak adil bagi sekolah kami, dengan fasilitas minim harus mengemban tanggung jawab yang sama dengan sekolah lain yang jauh lebih baik kualitas dan sarananya. Apa yang harus diperbuat...<br />Optimisme memang selalu muncul namun kian hari kian menipis. Adakah formula baru membuat siswa menjadi lulus 100%. Adakah jamu pintar selain les dan try out yang seringkali tidak banyak membantu. Pemerintah seharusnya memberikan jawabannya. Berilah kami cara yang cespleng untuk mencapai standar kelulusan yang sebegitu tingginya. Jangan hanya memberikan target tanpa memberikan bantuan berupa bimbingan dan dorongan.<br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-50132049963301215962007-11-30T02:11:00.000-08:002007-11-30T02:18:08.421-08:00UN 2008 : Standar Kelulusan Naik !Dikutip dari www.primagama.co.id<br />Kabar yang benar-benar mengejutkan telah diklarifikasi oleh Badan Nasional Standarisasi Pendidikan (BNSP) melalui validasi standar kompetensi lulusan (SKL) UN tahun 2007 yang telah dilaksanakan di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Tengah di Palangka Raya, 24 Oktober 2007. Standar kelulusan UN adalah nilai rata-rata 5,25 dengan nilai terendah 4,25.<br /><span class="fullpost"><br />Murid-murid Sekolah Dasar mulai tahun pelajaran ini (2007/2008) akan menjalani Ujian Nasional secara serentak dengan mata pelajaran yang bakal diujikan yaitu Bahasa Indonesia, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Perubahan mata pelajaran Ujian Nasional juga terjadi pada jenjang SMA/MA, jika sebelumnya hanya tiga mata pelajaran, maka tahun pelajaran ini bertambah menjadi 6 matpel. Sementara untuk SMK/ SMALB tidak mengalami perubahan.<br />Pada tingkat SMP, dari tiga mata pelajaran ditambah menjadi 4 matpel, yakni Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada rencana teknis pelaksanaan UN nantinya, setiap satu hari ujian siswa akan menghadapi dua mata pelajaran yang diujikan, hanya siswa SMP yang mendapat penambahan hari ujian menjadi empat hari yaitu satu hari untuk satu mata pelajaran yang diujikan.<br />Waktu Pelaksanaan UN 2008 jenjang SMP/MTs pada 5-8 Mei 2008 dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, IPA.<br /><br />Kriteria penilaian :<br />Menurut Dr. Bambang, standar nilai kelulusan untuk setiap jenjang mulai SMA, MA, SMK, SMP hingga SD semua sama, yaitu rata-rata minimal 5,25 dengan tidak ada nilai di bawah 4,25 (ini kriteria pertama). Khusus untuk siswa SMK nilai mata pelajaran kompetensi keahlian minimal 7,00 dan digunakan untuk menghitung nilai rata-rata UN SMK tersebut.<br />Apabila kriteria di atas tidak tercapai, maka ada kriteria kedua yang mensyaratkan: boleh terdapat nilai 4,00 hanya pada satu mata pelajaran yang di-UN-kan, dan lima mata pelajaran lainnya harus mencapai nilai sekurang-kurangnya 6,00 dan mencapai nilai rata-rata minimal 5,25.<br /><br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-69590931626849794792007-11-23T02:37:00.000-08:002007-11-23T02:43:31.554-08:00Ushriyyah Masuk Banyumas TVKegiatan Smart and Fun Bareng eNHa yang diadakan oleh madrasah bekerja sama dengan lembaga bimbingan Nurul Hikmah Purwokerto ternyata menarik minat Banyumas TV untuk meliput acara ini. Tak tanggung-tanggung, mereka mengirim mas Ari, presenter Warta Banyumas, untuk ngepos selama tiga hari di madrasah. Berita kegiatan ini sudah tayang pada 1 Nopember 2007 di Warta Banyumas. Kegiatan yang diliput merupakan kegiatan untuk mengawali pendalaman materi siswa kelas IX yang berlangsung selama 3 hari mulai 1 - 3 Nopember 2007. Kegiatan lain yang direncanakan akan diselenggarakan adalah outbond, pembekalan orang tua murid, dan mabit. Doakan semoga lancar dan siswa kami lulus UN 100%.<br /><span class="fullpost"><br /><br /><br /><br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-71672774241211887012007-11-23T01:53:00.000-08:002007-11-23T02:25:06.227-08:00Meramu Jamu Pahit untuk Siswa `Nakal`Masalah utama madrasah kami adalah tingginya persentase siswa yang dikategorikan nakal. Ini menjadi PR yang tidak pernah tuntas dari tahun ke tahun. Tadi pagi saya sudah memberikan hadiah push up untuk 6 orang siswa kelas IX yang tidak mengikuti les. Pagi yang cerah di Purbalingga tidak membuat cerah hati 3 orang siswa kelas VII. Pasalnya mereka sudah berkali-kali tidak berangkat bersama-sama. Kegiatan mereka mirip sebuah geng. Alhasil ancaman dikeluarkan meluncur. Hati mereka ternyata keder juga. Kejadian yang sama merupakan menu harian kami. Sayang banget tugas yang cukup berat ini harus dipikul oleh guru-guru yang masih kurang ilmu sekaligus kurang sejahtera.<br /><span class="fullpost"><br />Siswa kami berangkat dari rumah yang kurang sehat. Kendala ekonomi dan pendidikan membuat orang tua kurang memberikan perhatian kepada anak-anaknya khususnya mengenai pendidikan. Ketika orang tua dipanggil, mereka mengaku pasrah karena sudah tak mampu lagi mengendalikan prilaku anaknya. Permasalahan lain yang menimpa siswa adalah keretakan rumah tangga orang tua. Siswa yang mengalami permasalahan tersebut cenderung mencari kebahagiaan semu yang kadang bertentangan dengan peraturan yang ada. Lingkungan yang buruk juga menjadi faktor penentu kenakalan siswa. Ada siswa yang mendapatkan keluarga yang penuh perhatian tapi tetap melakukan pelanggaran karena didikan teman.<br />Siswa akan menjadi the lost generation apabila tidak dididik secara tepat. Walaupun mereka mendapatkan pendidikan agama yang lebih namun bukan jaminan atas keberhasilan pendidikan. Dibutuhkan penanganan psikolog dan mentor yang dapat menggugah mereka menjadi generasi yang sukses. Sayangnya guru-guru di tempat kami tidak menguasai ilmu semacam itu. Terapi masih terbatas pada penegakan aturan dengan punishment alias hukuman. Sanksi yang diberikan masih belum beranjak dari hukuman fisik berupa push up. Sejauh ini terjadi penurunan yang lumayan besar pada pelanggaran ringan seperti pelanggaran terhadap aturan pakaian. Sayangnya efektivitas hukuman tidak berlaku pada perubahan prilaku.<br />Sebenarnya pemberian hukuman fisik ingin dihapus. Mengingat hal tersebut sudah ketinggalan zaman dan tidak pas lagi untuk menangani permasalahan mereka. Hukuman fisik hanyalah jamu pahit yang tak memiliki khasiat apapun kecuali membuat orang berat untuk meminumnya. Perlu jamu yang lebih mujarab lagi yaitu pendekatan dari hati ke hati. Pendekatan kepada orang tua sekaligus anak untuk menemukan titik temu permasalahan mereka. Sejatinya kenakalan remaja berakal dari rumah mereka. Apabila akarnya sudah ditumpas maka batang dan daunnya akan segera mati.<br />Bagi pembaca, berilah kami saran yang terbaik guna menyelamatkan siswa kami dari permasalahan yang akan menuju satu permasalahan klasik yaitu lingkaran setan kemiskinan dan kebodohan.<br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-40909727850928425782007-10-28T01:31:00.000-07:002007-10-28T02:15:32.482-07:00Ribuan Tantangan hadapi UN 2008Bicara UN 2008 tak lepas dari persiapan masing-masing sekolah menghadapinya. Kami pun tengah bersiap menghadapi UN dengan serius. Program yang dilaksanakan jauh lebih intensif dari tahun lalu. Mau tak mau wajib berjuang guna hasil yang terbaik. Kegiatan yang dilaksanakan pun beragam yang mencakup kegiatan bagi siswa, guru dan orang tua. Kalau kita bilang sih tiga komponen ini adalah the three mustkentir. Artinya tiga pejuang yang wajib gila-gilaan dalam menggapai cita-cita. Kita masing mempunyai banyak "musuh" dari dalam diri. Disini tersedia berbagai menu siswa yang sulit belajar. Kemarin saja ada 8 anak yang tidak mengerjakan tugas sebulan dengan alasan belum "motocopy". Wah repot nih, kira-kira mau diapakan yaa ... digoreng kasih lalapan plus sambel kan jadi nikmat. <br /><span class="fullpost"><br />Peristiwa ini bukan yang pertama kali. Nasib serupa dialami olehku. Biar pun terkenal ketat dalam menegakkan peraturan namun banyak juga nekat tidak mengerjakan tugas. Ajaibnya ketika buku tugas dikumpulkan eh ada juga jawaban terisi. <br />Seperti kata kepala sekolah, siswa disini sama sekali tak punya cita-cita yang muluk-muluk. Sederhana saja, dapat ijazah kerja terus nikah. Intinya sih cuman sekedar mengikuti jalan hidup tanpa keinginan merubah nasib. Hal ini wajar karena 80 % siswa berasal dari kalangan menengah ke bawah (bahkan terbawah). Mereka tak berharap menjadi orang seperti Susilo Bambang Yudhoyono, Fauzi Bowo, Arif Rahman, apalagi jadi seperti Ban Ki Mon. Cukup seperti tetangganya yang berhasil menjadi kuli idep (karyawan pabrik bulu mata) yang menjamur di Purbalingga.<br />Kami berharap mereka menjadi dokter, insinyur, politisi (yang baik), arsitek, polisi (yang adil), dan profesi lain yang dapat mengangkat harkat dan martabat keluarga. Sayangnya pendidikan mungkin jalan hidup yang terlalu mahal dan sulit ditempuh. Apalagi orang tua hanya sekedar menitipkan anaknya di sekolah untuk menggugurkan kewajiban mendidik anak mereka. Karena hanya sekedar dititipkan, pokoknya setelah pulang sekolah anaknya selamat dan sehat. Orang tua tidak menanyakan mendapat pelajaran apa, sulit atau tidak, adakah tugas dari guru, bagaimana manfaat ilmu yang diajarkan atau bahkan membimbing anak selama belajar di rumah.<br />Tantangan yang dihadapi jauh lebih berat dibandingkan sekolah "tetangga". Ibaratnya jalan santai saja mereka sampai pada tujuan. Buktinya alumni mereka sudah menjadi bupati dan profesi lain yang hebat di mata masyarakat. Apapkah kita mampu merubah siswa menjadi orang yang penuh percaya diri dan mempunyai pandangan yang jauh ke depan ? Itulah rahasia Alloh SWT, kita akan terus berjuang sampai hal itu terwujud ...<br /><br /><br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-63816612936124133012007-10-21T02:32:00.000-07:002007-10-21T02:47:02.173-07:00Mengenal Purbalingga Lewat FotoPurbalingga dikenal sebagai daerah tujuan wisata oleh para wisatawan lokal. Lebaran kali ini jalan-jalan di Purbalingga disesaki kendaraan pemudik yang ingin menikmati obyek wisata. Tercatat ada Owabong, Akuarium Raksasa Ikan Air Tawar, Taman Reptil dan Gua Lawa yang banyak dikunjungi. Namun bukan gambar obyek wisata yang akan ditampilkan. Kali ini hanya gambar sudut-sudut kecil daerah Purbalingga yang belum dipublikasikan. Itung-itung nambah pengalaman jadi tukang foto keliling. Inilah oleh-oleh lebaran yang bisa saya berikan kepada pembaca. Lihat selanjutnya ...<br /><span class="fullpost"><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEio7QkKwCQLZGIBd84IPH9PPAhKw9xbZf1Q6N8ahjgan9LONmNKhyTy6_yfLbATiAnSQBO91gzyu_NsG-jJqAZDFbu74Le_ofQTEWaC4motOILyqimfSTthTvTDEQWcxyWUC6qldkuRqJ2v/s1600-h/JL+JENSOED+PBG.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEio7QkKwCQLZGIBd84IPH9PPAhKw9xbZf1Q6N8ahjgan9LONmNKhyTy6_yfLbATiAnSQBO91gzyu_NsG-jJqAZDFbu74Le_ofQTEWaC4motOILyqimfSTthTvTDEQWcxyWUC6qldkuRqJ2v/s200/JL+JENSOED+PBG.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5123723748584567458" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeS1bw15BPMTE3EVsXikQztRnepS8kU-3_SfCkJm6f94BDHEjjOULIN-Nak7ReJK1Yszur9jOwzseQ84XGmQxlfOiQSgNV9XYWQyeSXqnu76scv3enmoM2UGBchi3K84g4NVTGKhqPFp1P/s1600-h/JEMBATAN+KARANGSARI.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeS1bw15BPMTE3EVsXikQztRnepS8kU-3_SfCkJm6f94BDHEjjOULIN-Nak7ReJK1Yszur9jOwzseQ84XGmQxlfOiQSgNV9XYWQyeSXqnu76scv3enmoM2UGBchi3K84g4NVTGKhqPFp1P/s200/JEMBATAN+KARANGSARI.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5123723752879534770" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPSjg7m_DbEgCe3zjU6rzMHDLssKwRB2IcknJDoWxMbeBbg09y1CeVAxBriCDtNnktTxHYBTom8h-xYG0nBbvIlL3ckLAaCbGIVGnTUEdxKfHrGOB8KE6WOyB89EJxnUF-2zhG3WCNpbPC/s1600-h/PBG1.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPSjg7m_DbEgCe3zjU6rzMHDLssKwRB2IcknJDoWxMbeBbg09y1CeVAxBriCDtNnktTxHYBTom8h-xYG0nBbvIlL3ckLAaCbGIVGnTUEdxKfHrGOB8KE6WOyB89EJxnUF-2zhG3WCNpbPC/s200/PBG1.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5123723757174502082" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdoU5tha5Plcxo11mtlz3Tmz8XXvQ6ni9RZqYTLZ42NC859BvnTYJeEW0_OJlyIttkguKtJFLYdltYLaCJJ3MlBDEzUgSXrRZBuIVRUI8UCFbniwuDlsR3ymfe5-5QfINHEiMQ8m7o0Bu_/s1600-h/TUGU+BANCAR.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdoU5tha5Plcxo11mtlz3Tmz8XXvQ6ni9RZqYTLZ42NC859BvnTYJeEW0_OJlyIttkguKtJFLYdltYLaCJJ3MlBDEzUgSXrRZBuIVRUI8UCFbniwuDlsR3ymfe5-5QfINHEiMQ8m7o0Bu_/s200/TUGU+BANCAR.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5123723761469469394" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgim2WCKIVFmdPVenjYDsKAhZ14epd0fDoOO1pBJIFv_uz9y-w3yuIQ77SG2Y93Lp8lAI5HeCxvI5i05OhTWWdnsuv1D3ZxL_TwLP1zzmwDS0xRGSw_BhKhsUrEcF0YZvLFdQg5ogOHvTNm/s1600-h/BOBOTSARI.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgim2WCKIVFmdPVenjYDsKAhZ14epd0fDoOO1pBJIFv_uz9y-w3yuIQ77SG2Y93Lp8lAI5HeCxvI5i05OhTWWdnsuv1D3ZxL_TwLP1zzmwDS0xRGSw_BhKhsUrEcF0YZvLFdQg5ogOHvTNm/s200/BOBOTSARI.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5123723761469469410" /></a><br /><br /><br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6043726384920843730.post-50197463807016149862007-10-09T03:10:00.000-07:002007-10-10T03:00:48.707-07:00Madrasah Vs SekolahKedua lembaga ini sama-sama menjadi tulang punggung pendidikan nasional. Sayangnya masih ada persaingan yang tidak lazim antara keduanya. Ibarat sebuah ajang peperangan, madrasah selalu kehabisan amunisi untuk sekedar bertahan. Ironisnya sekolah mendapatkan lebih banyak amunisi dan persenjataan mutakhir dibandingkan madrasah. Lucunya banyak madrasah yang masih bertahan ketika beberapa sekolah (SD) tumbang tak berdaya. Sekedar "berperang" bukan berarti untuk saling mematikan. Ungkapan ini lebih mengarah pada fastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan).<br /><span class="fullpost"><br />Sekolah merupakan produk Depdiknas sedangkan madrasah adalah produk Depag. Kedua lembaga ini ditengarai timpang dalam masalah anggaran pendidikan. Buktinya kita bisa melihat betapa "menterengnya" bangunan SMP/SMA negeri. Sebaliknya betapa terseok-seoknya ratusan madrasah hanya untuk membayar gaji guru dan karyawannya. Karakter utama sekolah di mata masyarakat adalah lembaga yang menjamin adanya mutu pendidikan yang lebih baik sedangkan madrasah diperuntukkan bagi calon siswa yang kurang beruntung. Saran seorang kepala MI ternyata juga mengarahkan para lulusan untuk melanjutkan ke sekolah negeri supaya MInya tidak dipandang sebelah mata hanya gara-gara tidak ada satupun lulusannya yang diterima di SMP negeri favorit.<br />Madrasah dibebani dengan persoalan internal yang tak kunjung habis. Beban berat dimulai dari tingginya tingkat pensiun pada guru PNS sehingga harus menanggung gaji guru honorer. Kebanyakan madrasah hanya memiliki satu atau dua orang guru PNS. Persoalan SDM bukan hanya gaji semata tapi juga merembet ke arah managemen SDM yang kurang profesional. Seorang guru honorer harus rela dipotong honor dari pemerintah daerah untuk biaya perjalanan dinas pejabat yang "merasa" berjasa atas diperolehnya honor tersebut. Ataupun harus memberikan sekedar "infaq" dan "uang terima kasih" atas kebaikan pejabat tertentu yang telah membuat dia mendapatkan honor dari pemerintah. Parahnya lagi bagi guru yang ditunjuk mengikuti sertifikasi. Tiap guru diminta dana ratusan ribu rupiah untuk biaya lain-lain bagi pengurusan sertifikasi. Hal ini disahkan dengan adanya guru yang malah menawarkan pemberian fee supaya tidak repot dalam pengurusan sertifikasi.<br />Persoalan internal lainnya adalah minimnya dana pengembangan madrasah dari pemerintah. Dana yang tersedia tak bisa membuat madrasah bisa mengejar ketertinggalan. Lihat saja di desa saya, madrasah mengajukan rehab ternyata sampai sekarang tak ada kabarnya sedangkan sekolah yang mengajukan malah sekarang sudah selesai pembangunannya.<br />Ketertinggalan ini juga disebabkan lambatnya madrasah memperoleh informasi tentang kurikulum baru ataupun metode pengajaran baru yang digariskan pemerintah. Maklum saja, informasi harus melalui Departemen Agama sebelum masuk ke madrasah.<br />Kekalahan telak madrasah dari berbagai sisi managemen bukan berarti membuat madrasah akan tenggelam. Justru membuat madrasah harus semakin bersemangat mengejar ketertinggalan karena bukan tidak mungkin jalan yang dipilih sekolah adalah jalan yang benar dan tepat. Sekolah Standar Nasional dan Sekolah Nasional Bertaraf Internasional telah menuai kritik tajam dari pemerhati pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan di sekolah (negeri) pun bisa dijadikan pelajaran yang berharga untuk tidak berbuat serupa.<br />Ingat madrasah tak harus mahal tapi menjadi berkualitas adalah sebuah keharusan.<br /></span>MTs `Ushriyyah Purbalinggahttp://www.blogger.com/profile/08306462088629657401noreply@blogger.com1